Semua postingan
Postingan oleh.
SMP ALMIRA
di kategori
News
pada
Makanan dan minuman manis adalah salah satu jenis konsumsi yang paling populer di dunia, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Namun, di balik rasa manis yang menggugah selapa, tersembunyi berbagai risiko kesehatan yang signifikan. Konsumsi makanan dan minuman manis yang berlebihan dapat berdampak negatif pada tubuh, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak pada Kesehatan Tubuh Kenaikan Berat Badan dan Obesitas Makanan dan minuman manis biasanya tinggi kalori namun rendah nutrisi. Konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan asupan kalori melebihi kebutuhan, sehingga memicu kenaikan berat badan dan obesitas. Obesitas sendiri merupakan faktor risiko utama berbagai penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit jantung. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi minuman manis secara rutin dapat meningkatkan risiko obesitas hingga 60% pada orang dewasa. Risiko Diabetes Tipe 2 Peningkatan konsumsi gula tambahan, terutama dari minuman manis, dapat menyebabkan resistensi insulin. Hal ini memaksa pankreas bekerja lebih keras, yang pada akhirnya dapat menyebabkan diabetes tipe 2. Sebuah studi besar menemukan bahwa konsumsi satu atau lebih minuman manis per hari dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 hingga 26%, bahkan tanpa faktor obesitas. Kesehatan Gigi Gula adalah makanan utama bagi bakteri di mulut, yang memproduksi asam dan merusak enamel gigi, menyebabkan kerusakan gigi dan gingivitis. Kurangnya perawatan gigi dapat memperburuk kondisi ini, bahkan memicu infeksi serius. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan untuk membatasi konsumsi gula harian kurang dari 10% dari total asupan kalori untuk menjaga kesehatan gigi. Penyakit Jantung Konsumsi gula tambahan yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan trigliserida dan kolesterol LDL (jahat), yang merupakan faktor risiko penyakit jantung. Sebuah studi menemukan bahwa orang yang mengonsumsi 17-21% kalori harian dari gula tambahan memiliki 38% lebih tinggi risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular. Pengurangan konsumsi gula bisa menjadi langkah awal untuk menjaga kesehatan jantung. Masalah Mental dan Energi Makanan manis dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang diikuti penurunan drastis, yang memicu kelelahan, iritabilitas, dan kesulitan konsentrasi. Kebiasaan ini juga dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi dan gangguan suasana hati. Penelitian menunjukkan bahwa diet tinggi gula dapat mempengaruhi fungsi otak dan memicu peradangan yang terkait dengan gangguan mental. Dampak pada Pola Hidup Ketergantungan Gula Gula memicu pelepasan dopamin, hormon yang terkait dengan kesenangan, sehingga bisa menyebabkan ketergantungan. Ini membuat sulit untuk mengurangi konsumsi gula, bahkan ketika sudah tahu dampak negatifnya. Pengurangan Asumsi Nutrisi Makanan manis sering menggantikan konsumsi makanan bergizi, seperti sayur dan buah, yang penting untuk kesehatan tubuh. Hal ini bisa menyebabkan defisiensi vitamin dan mineral esensial. Rekomendasi untuk Mengurangi Konsumsi Gula Batasi Minuman Manis Pilih air putih, teh tanpa gula, atau jus buah segar tanpa tambahan gula. Minuman manis seperti soda dan jus kemasan sering kali mengandung gula tambahan yang tinggi. Baca Label Nutrisi Perhatikan kandungan gula pada produk makanan dan pilih yang rendah gula. Ingat, gula bisa disembunyikan dengan nama lain seperti sirup jagung, maltosa, atau sukrosa. Pilih Cemilaan Sehat Ganti camilan manis dengan buah, kacang, atau sayuran. Ini tidak hanya mengurangi gula, tapi juga menambah serat dan nutrisi. Konsumsi Gula Secara Teratur Nikmati gula sebagai bagian dari makanan utama, bukan sebagai camilan. Misalnya, kurangi gula dalam kopi atau teh secara bertahap. Kesimpulan Meskipun makanan dan minuman manis bisa lezat, penting untuk mengonsumsinya dalam jumlah moderat. Mengurangi konsumsi gula tambahan dapat membawa manfaat besar bagi kesehatan fisik dan mental. Mulailah dengan langkah kecil, seperti mengurangi satu porsi gula per hari, dan secara bertahap ubah kebiasaan hidup menuju gaya hidup yang lebih sehat. Sumber: WHO, American Heart Association, Harvard School of Public Health.
Baca lebih lanjut
Postingan oleh.
SMP ALMIRA
di kategori
News
pada
Media sosial kini menjadi bagian penting dalam kehidupan remaja. Hampir setiap hari mereka membuka berbagai aplikasi untuk melihat kabar terbaru, menonton hiburan, atau membagikan kegiatan yang mereka lakukan. Kehadiran media sosial membuat remaja merasa lebih dekat dengan teman meskipun tidak selalu bertemu. Banyak yang memakai media sosial untuk belajar hal baru, menambah wawasan, dan menunjukkan minat atau bakat yang mereka miliki. Fenomena ini membuat media sosial terasa seperti ruang kedua tempat remaja bisa berkembang. Walau begitu, penggunaan media sosial membawa beberapa tantangan besar bagi kesehatan mental. Remaja sering melihat unggahan orang lain yang tampak bahagia dan sempurna sehingga muncul perasaan bahwa hidup mereka kurang menarik. Tekanan untuk terlihat baik di dunia maya juga semakin kuat. Banyak remaja ingin unggahan mereka disukai banyak orang sehingga mereka menghabiskan waktu lama memikirkan foto mana yang harus diunggah. Situasi seperti ini membuat sebagian remaja merasa tidak cukup baik walau sebenarnya hal yang mereka lihat di internet belum tentu sesuai kenyataan. Tidak hanya perbandingan sosial, tetapi juga cyberbullying yang menjadi ancaman serius. Remaja bisa menerima komentar negatif tanpa mengenal pelakunya. Hinaan atau ejekan dapat menurunkan rasa percaya diri dan membuat remaja takut untuk tampil atau berpendapat. Bentuk serangan yang dilakukan di media sosial sering tidak terlihat oleh guru atau keluarga sehingga korban merasa sendirian. Dampaknya bisa muncul dalam bentuk kecemasan, sedih berkepanjangan, atau keinginan untuk menarik diri dari lingkungan sekitar. Dalam beberapa kasus tekanan ini membuat remaja sulit fokus belajar dan kehilangan ketertarikan pada hal yang selama ini mereka sukai. Selain masalah emosional, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mengganggu pola hidup. Banyak remaja tidur lebih larut karena terus memantau notifikasi atau menonton video tanpa henti. Kurang tidur membuat tubuh lebih cepat lelah dan suasana hati menjadi tidak stabil. Ada pula yang merasa harus selalu online karena takut tertinggal berita atau tren tertentu. Rasa takut tertinggal ini dikenal sebagai FOMO dan bisa membuat remaja merasa gelisah saat tidak memegang ponsel. Kebiasaan ini pelan-pelan mengurangi kemampuan mereka untuk menikmati kehidupan nyata. Walau dampaknya cukup besar, bukan berarti media sosial harus dihindari sepenuhnya. Remaja tetap bisa menggunakan media sosial dengan cara yang lebih sehat agar manfaatnya lebih besar daripada risikonya. Salah satu langkah penting adalah mengatur waktu pemakaian. Remaja bisa menentukan jam tertentu untuk membuka media sosial agar tidak menghabiskan waktu seharian. Selain itu penting juga untuk memilih konten yang membuat nyaman. Mengikuti akun yang membawa energi positif dapat membantu menjaga suasana hati dan mengurangi tekanan untuk selalu membandingkan diri. Berinteraksi di dunia nyata juga memiliki pengaruh besar pada kesehatan mental. Menghabiskan waktu bersama teman atau keluarga memberikan dukungan emosional yang tidak selalu bisa ditemukan di dunia maya. Aktivitas di luar ruangan seperti olahraga ringan atau sekadar berjalan santai sangat baik untuk mengurangi stres. Remaja juga disarankan mencari kegiatan yang membuat mereka merasa produktif seperti membaca, menggambar, atau membantu pekerjaan rumah karena aktivitas tersebut membantu otak beristirahat dari tekanan digital. Ketika beban terasa terlalu berat, remaja tidak boleh ragu untuk bercerita. Mengungkapkan perasaan kepada orang yang dipercaya sering membuat hati lebih lega. Jika diperlukan, mencari bantuan dari guru BK atau konselor juga merupakan langkah yang tepat. Banyak remaja yang merasa malu untuk berbicara, padahal dukungan dari orang lain bisa mengurangi stres secara signifikan. Pada akhirnya media sosial adalah alat. Dampaknya pada kesehatan mental sangat bergantung pada cara penggunaannya. Remaja perlu mengenali batas diri, menjaga keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata, serta berani menjauh dari konten atau lingkungan online yang membuat mereka tidak nyaman. Dengan pemahaman dan pengelolaan yang baik, media sosial dapat menjadi ruang yang bermanfaat tanpa merusak kesejahteraan psikologis.
Baca lebih lanjut
Postingan oleh.
SMP ALMIRA
di kategori
News
pada
Di era digital, internet sangat bahaya bagai pisau bermata dua bagi pelajar. Di satu sisi, ia menawarkan lautan informasi dan alat belajar yang tak terbatas. Namun, adapula di sisi lain, penggunaan yang berlebihan justru menggerogoti fondasi paling dasar dari proses belajar: yaitu konsentrasi. Godaan untuk membuka medsos, menonton video singkat, atau bermain game online seringkali lebih kuat daripada keinginan untuk belajar atau menyelesaikan tugas. Akibatnya, kemampuan untuk fokus dalam jangka panjang menjadi korban utama. Jadi, apa saja dampak nyata dari kebiasaan menggunakan internet berlebihan terhadap konsentrasi siswa? 1. Gangguan Konstan dan Multitasking yang Menipu Lingkungan digital dirancang untuk menarik perhatian. Setiap notifikasi, bunyi, atau pembaruan feed medsos adalah gangguan yang memecah konsentrasi. Siswa yang terbiasa dengan hal ini sering melakukan multitasking—mengerjakan tugas sambil membalas chat dan menelusuri Instagram. Faktanya, otak manusia tidak efisien dalam melakukan banyak tugas secara bersamaan. Yang terjadi malah "pengalihan perhatian" yang cepat. Setiap kali beralih fokus, otak membutuhkan waktu beberapa menit untuk kembali berkonsentrasi penuh pada pelajaran. Proses ini menguras energi mental, membuat belajar terasa lebih melelahkan, dan pemahaman materi menjadi dangkal. 2. Melemahnya Kemampuan Membaca Mendalam Internet mendorong budaya skimming—membaca cepat untuk mencari inti informasi. Kebiasaan ini melatih otak untuk lebih suka pada hal-hal yang instan, singkat, dan menghibur. Akibatnya, ketika dihadapkan pada buku teks atau materi pelajaran yang kompleks dan membutuhkan ketahanan membaca, siswa mudah merasa bosan dan tidak sabar. Kemampuan untuk menganalisis teks panjang dan memahami argumen yang rumit pun terkikis. 3. Kecanduan dan Gangguan Pola Tidur Penggunaan internet yang berlebihan, terutama di malam hari, dapat memicu gejala mirip kecanduan. Cahaya biru dari layar gawai menekan produksi melatonin, hormon pengatur tidur. Siswa yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar sebelum tidur akan kesulitan terlelap dan kualitas tidurnya menurun. Padahal, tidur yang cukup adalah termasuk proses penting untuk memindahkan memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang. Kurang tidur menyebabkan siswa mengantuk di kelas, sulit fokus, dan daya ingat menurun. 4. Penurunan Kapasitas Memori Mengapa harus mengingat jika semua informasi bisa dicari dalam sekejap? Internet telah menjadi "memori eksternal" bagi banyak siswa. Kebiasaan mengandalkan Google untuk mengingat segala hal dapat melemahkan "otot" memori otak. Proses mengingat dan menghafal, yang merupakan bagian kunci dari pembelajaran, menjadi terabaikan. Akibatnya, siswa kesulitan menyimpan informasi dasar yang diperlukan untuk membangun pemahaman yang lebih kompleks. 5. Meningkatnya Kecemasan dan Penurunan Motivasi Algoritma media sosial dan platform digital seringkali menciptakan "perbandingan sosial" yang tidak sehat. Siswa terus-menerus melihat sorotan keberhasilan dan kehidupan menyenangkan orang lain, yang dapat memicu kecemasan dan perasaan tidak mampu. Selain itu, dunia online juga penuh dengan stimulasi tinggi membuat pelajaran di kelas terasa membosankan. Otak yang terbiasa dengan dopamine rush dari likes dan notifikasi, akan kesulitan menemukan motivasi intrinsik untuk tugas-tugas yang membutuhkan usaha dan kesabaran. Lalu, Apa Solusinya? Menjauhkan diri dari internet sepenuhnya bukanlah solusi yang realistis. Yang diperlukan adalah penggunaan yang bijak dan sadar: · Teknik Manajemen Waktu: Terapkan metode seperti Pomodoro Technique (belajar 25 menit, istirahat 5 menit). · Zona Bebas Gangguan: Matikan notifikasi dan letakkan ponsel di luar jangkauan saat belajar atau di kelas. · Jadwal Tidur Digital: Hentikan penggunaan gadget minimal satu jam sebelum tidur. · Aktivitas Penyeimbang: Luangkan waktu untuk olahraga, membaca buku fisik, atau hobi offline untuk mengistirahatkan otak dari stimulasi digital. Kesimpulan Internet adalah alat yang hebat, tapi ia harus menjadi pelayan, bukan majikan. Penggunaan yang berlebihan secara signifikan mengikis kemampuan konsentrasi, yang merupakan pilar kesuksesan akademis. ---
Baca lebih lanjut
Postingan oleh.
SMP ALMIRA
di kategori
News
pada
Pengaruh game online terhadap waktu belajar dan interaksi sosial siswa merupakan topik yang semakin relevan di era digital saat ini. Banyak siswa menghabiskan waktu luang mereka untuk bermain game online, baik sebagai hiburan maupun sebagai sarana berkompetisi. Namun, kebiasaan ini membawa pengaruh besar terhadap pola belajar serta cara siswa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Pengaruh tersebut bisa bersifat positif maupun negatif, bergantung pada bagaimana game digunakan dan seberapa baik siswa mengatur waktu. Dari sisi waktu belajar, game online sering menjadi penyebab utama siswa kehilangan fokus. Banyak game menggunakan sistem level, misi harian, dan hadiah tertentu yang membuat pemain ingin terus bermain. Ketika siswa terlalu asyik, mereka cenderung menunda mengerjakan tugas atau belajar untuk ulangan. Hal ini membuat hasil belajar menurun karena persiapan yang kurang dan konsentrasi yang tidak maksimal. Selain itu, bermain hingga larut malam menyebabkan kurang tidur, sehingga siswa merasa mengantuk saat pelajaran berlangsung. Dampaknya, daya tangkap dan pemahaman terhadap materi pelajaran pun ikut menurun. Meski begitu, game online tidak selalu memberi dampak buruk pada waktu belajar. Jika dimainkan dengan bijak, game dapat menjadi sarana hiburan yang membantu mengurangi stres setelah belajar. Siswa yang mampu mengatur jadwal biasanya menentukan waktu belajar terlebih dahulu sebelum bermain. Dengan cara ini, game menjadi motivasi setelah belajar selesai, bukan pengganggu. Beberapa game juga mengajarkan strategi dan pemikiran kritis yang secara tidak langsung dapat mendukung kemampuan akademik tertentu. Dari segi interaksi sosial, game online mempunyai dua sisi yang saling bertolak belakang. Di satu sisi, banyak game yang menyediakan fitur kerja sama tim, sehingga siswa bisa belajar berkomunikasi, bekerja sama, dan menyusun strategi bersama teman atau pemain lain. Pengalaman ini bisa memperluas pertemanan, bahkan dengan orang dari daerah berbeda. Bagi siswa yang pemalu, interaksi dalam game kadang membantu mereka lebih percaya diri untuk berkomunikasi. Namun, di sisi lain, bermain game terlalu sering dapat mengurangi interaksi sosial secara langsung. Siswa mungkin lebih memilih bermain sendirian dengan ponsel daripada berkumpul bersama keluarga atau teman. Akibatnya, kemampuan komunikasi tatap muka bisa menurun. Kebiasaan ini juga membuat siswa kurang peka terhadap lingkungan sekitar. Dalam beberapa kasus, konflik sosial muncul karena pertengkaran di dalam game yang terbawa ke kehidupan nyata, terutama jika lawan bermain adalah teman sekelas. Selain itu, penggunaan game online yang berlebihan dapat memengaruhi sikap siswa. Beberapa siswa menjadi mudah marah atau emosional ketika kalah. Ada juga yang merasa gelisah jika tidak bisa bermain, sehingga mengganggu aktivitas lain. Jika tidak dikendalikan, hal ini dapat memengaruhi kesehatan mental dan fisik, misalnya kelelahan, malas bergerak, atau kurang tidur. Dampak-dampak tersebut tentu berpengaruh terhadap proses belajar maupun hubungan sosial. Selain itu, penting bagi sekolah dan orang tua untuk bekerja sama dalam memberikan pemahaman mengenai penggunaan teknologi secara sehat. Lingkungan sekolah dapat membuat aturan yang mendorong penggunaan gadget secara lebih terkontrol, seperti menyediakan kegiatan ekstrakurikuler yang menarik sehingga siswa tidak selalu menghabiskan waktu dengan game. Orang tua juga berperan besar dengan memberikan batasan waktu, mengawasi jenis game yang dimainkan, serta memastikan anak tetap menjalankan kewajiban belajar. Dengan dukungan dari berbagai pihak, siswa dapat belajar mengatur prioritas dan membuat keputusan yang lebih baik dalam penggunaan waktu. Pendekatan ini tidak hanya membantu mengurangi dampak negatif game, tetapi juga membentuk kebiasaan digital yang sehat untuk jangka panjang. Dengan demikian, keseimbangan aktivitas menjadi semakin penting bagi siswa.
Baca lebih lanjut
Postingan oleh.
SMP ALMIRA
di kategori
News
pada
Sampah plastik di lingkungan sekolah menimbulkan berbagai dampak negatif, termasuk kerusakan estetika dan gangguan proses belajar mengajar, karena sifatnya yang sulit terurai dan mengandung bahan kimia berbahaya. Sampah ini mencemari tanah, air, dan bahkan udara jika dibakar, serta membahayakan kesehatan warga sekolah. Dampak Utama Sampah Plastik di lingkungan sekolah Pencemaran Tanah dan Air: Plastik tidak dapat terdegradasi secara alami dan membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun untuk ter urai. Akibatnya, sampah plastik menumpuk di tanah, menghalangi sirkulasi udara dan penyerapan air, serta melepaskan bahan kimia beracun seperti PCB yang mencemari tanah dan air tanah. Hal ini merusak kesuburan tanah dan membunuh hewan-hewan pengurai. Gangguan Kesehatan dan kenyamanan : Lingkungan sekolah yang kotor dan penuh sampah plastik menjadi sarang penyakit dan mendatangkan bau tidak sedap. Hal ini secara langsung mengganggu kenyamanan siswa dan guru, menurunkan konsentrasi belajar, dan bahkan dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan jika sampah dibakar dan menghasilkan asap beracun. Kerusakan Estetika Lingkungan: Tumpukan sampah plastik yang berserakan merusak pemandangan dan keindahan lingkungan sekolah. Lingkungan yang tidak rapi dan kotor menciptakan suasana yang tidak kondusif untuk kegiatan belajar mengajar dan dapat memengaruhi psikologis warga sekolah. Ancaman bagi Ekosistem Lokal: Meskipun di lingkungan sekolah, sampah plastik yang ringan dapat dengan mudah diterbangkan angin ke saluran air atau area lain, menyebabkan penyumbatan dan bahkan banjir skala kecil. Ini juga mengancam hewan-hewan kecil yang mungkin secara tidak sengaja menelan atau terjerat plastik. Solusi dan Upaya Pengurangan Untuk mengatasi masalah ini, sekolah perlu menerapkan solusi berkelanjutan: Penerapan 3R (Reduce, Reuse, Recycle): Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai (membawa botol minum sendiri, menggunakan wadah makanan non-plastik), menggunakan kembali barang-barang plastik yang masih layak pakai, dan mendaur ulang sampah plastik menjadi barang baru (seperti ecobrick). Penyediaan Tempat Sampah Terpilah: Menyediakan tempat sampah yang jelas dan terpilah untuk sampah organik, anorganik (termasuk plastik), dan B3 untuk memudahkan pengelolaan sampah yang efektif. Edukasi dan Kampanye Kesadaran: Melakukan sosialisasi dan pendidikan lingkungan secara rutin kepada siswa, guru, dan staf sekolah tentang bahaya sampah plastik dan pentingnya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab.kebijakan sekolah bebas Plastik: Menerapkan kebijakan yang membatasi atau melarang penggunaan plastik sekali pakai di kantin sekolah dan acara-acara sekolah.dengan demikian ,pengelolaan sampah plastik yang efektif di sekolah sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat, nyaman, dan berkelanjutan.
Baca lebih lanjut
Postingan oleh.
SMP ALMIRA
di kategori
News
pada
Di era digital yang serba cepat ini, pendidikan memegang peranan krusial dalam membentuk masa depan bangsa. Bukan hanya sekadar transfer ilmu pengetahuan, pendidikan kekinian harus mampu membekali generasi muda dengan keterampilan yang relevan dengan tuntutan zaman. DenganBonus demografi yang akan segera kita nikmati, investasi pada pendidikan yang adaptif dan inovatif menjadi kunci untuk mewujudkan Generasi Emas Indonesia. Pertama, integrasi teknologi dalam pembelajaran menjadi sebuah keharusan. Pemanfaatan platform digital, aplikasi edukasi, dan sumber belajar online dapat meningkatkan efektivitas dan daya tarik pembelajaran. Guru dituntut untuk kreatif dalam mendesain pembelajaran yang interaktif dan kolaboratif, sehingga siswa tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga produsen konten yang inovatif. Kedua, pendidikan karakter harus menjadi fondasi utama. Di tengah arus informasi yang deras, nilai-nilai luhur seperti kejujuran, tanggung jawab, toleransi, dan gotong royong harus ditanamkan sejak dini. Pendidikan karakter yang kuat akan menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral yang tinggi. Ketiga, pengembangan keterampilan abad ke-21 menjadi prioritas. Keterampilan seperti berpikir kritis, problem solving, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi sangat penting untuk menghadapi tantangan global. Kurikulum harus dirancang sedemikian rupa sehingga siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan ini melalui proyek-proyek nyata dan studi kasus yang relevan. Pendidikan kekinian adalah investasi masa depan. Dengan mempersiapkan generasi muda dengan ilmu pengetahuan, karakter yang kuat, dan kete
Baca lebih lanjut
Postingan oleh.
SMP ALMIRA
di kategori
News
pada
Konsumsi makanan dan minuman manis merupakan kebiasaan yang sangat umum dalam kehidupan masyarakat modern. Produk seperti permen, cokelat, kue, minuman bersoda, teh manis, hingga berbagai minuman kemasan lainnya semakin mudah dijangkau dan sering dianggap sebagai pilihan cepat untuk menghilangkan haus maupun meningkatkan energi. Namun, meskipun memberikan rasa manis yang memuaskan, konsumsi gula dalam jumlah berlebihan dapat memberikan dampak serius terhadap kesehatan. Pengaruhnya tidak hanya terlihat dalam jangka pendek, tetapi juga berkontribusi besar terhadap munculnya penyakit kronis. Oleh karena itu, penting untuk memahami pengaruh konsumsi makanan dan minuman manis berlebih secara lebih mendalam. Salah satu pengaruh utama konsumsi gula berlebihan adalah meningkatnya risiko obesitas. Menurut pedoman WHO, gula tambahan merupakan sumber kalori tinggi yang tidak disertai kandungan nutrisi penting. Ketika makanan dan minuman manis dikonsumsi secara terus-menerus, tubuh menerima kalori berlebih yang kemudian disimpan dalam bentuk lemak. Minuman manis, seperti soda atau teh manis, memberikan dampak lebih cepat karena gula di dalamnya langsung diserap tanpa memberikan rasa kenyang, sehingga seseorang cenderung mengonsumsi lebih banyak. Proses inilah yang menjadikan gula sebagai salah satu penyebab utama peningkatan berat badan dan obesitas pada berbagai kelompok usia. Selain obesitas, konsumsi makanan dan minuman manis berlebih berdampak buruk pada kesehatan gigi. Gula yang tertinggal di permukaan gigi akan dimanfaatkan oleh bakteri dalam mulut untuk memproduksi asam. Asam ini kemudian merusak enamel gigi secara perlahan. Jika kondisi ini berlangsung lama, kerusakan gigi seperti karies hingga gigi berlubang akan lebih mudah terjadi. Anak-anak merupakan kelompok yang paling berisiko, karena sering mengonsumsi makanan manis namun belum mampu menjaga kebersihan gigi dengan optimal. Dampak serius lainnya adalah meningkatnya risiko diabetes tipe 2. Ketika seseorang mengonsumsi gula dalam jumlah besar, kadar glukosa darah meningkat secara tiba-tiba. Tubuh kemudian harus memproduksi lebih banyak insulin untuk mengolah glukosa tersebut. Jika kondisi ini berlangsung terus-menerus, tubuh dapat mengalami resistensi insulin, yaitu keadaan ketika sel-sel tubuh tidak lagi merespons insulin dengan baik. Resistensi insulin inilah yang menjadi faktor utama munculnya diabetes tipe 2. WHO menegaskan bahwa konsumsi gula berlebih secara terus-menerus merupakan salah satu faktor risiko penting dalam berkembangnya penyakit ini. Selain itu, konsumsi gula yang tinggi juga berdampak pada kesehatan jantung. Gula tambahan dapat meningkatkan kadar trigliserida, yaitu lemak dalam darah yang berhubungan erat dengan penyakit jantung. Gula juga dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan peradangan dalam tubuh. Peradangan yang terjadi secara berkepanjangan menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan pembuluh darah yang dapat memicu hipertensi, stroke, dan penyakit jantung koroner. Dengan kata lain, konsumsi gula berlebih tidak hanya memengaruhi berat badan, tetapi juga menimbulkan risiko serius terhadap sistem kardiovaskular. Konsumsi gula berlebih juga memiliki dampak terhadap kesehatan mental. Walaupun makanan manis dapat memberikan rasa senang sesaat, lonjakan gula darah yang cepat diikuti penurunan drastis dapat menyebabkan perubahan suasana hati, rasa lelah, kecemasan, dan sulit konsentrasi. Kondisi ini, jika berlangsung lama, dapat memengaruhi keseimbangan hormon serta fungsi otak yang berhubungan dengan pengaturan emosi. Di samping dampak-dampak tersebut, konsumsi makanan manis berlebih dapat mengganggu pola makan sehat. Produk manis cenderung menggantikan makanan bergizi karena lebih mudah dikonsumsi dan memberikan rasa kenyang sementara. Akibatnya, tubuh kekurangan vitamin, mineral, dan serat yang sebenarnya sangat penting bagi kesehatan. Secara keseluruhan, konsumsi makanan dan minuman manis berlebih memberikan pengaruh negatif yang luas terhadap kesehatan. Mulai dari obesitas, kerusakan gigi, diabetes, penyakit jantung, hingga gangguan kesehatan mental dapat terjadi akibat pola makan tinggi gula. WHO (2015) merekomendasikan agar konsumsi gula tambahan dibatasi hingga kurang dari 10% dari total energi harian, dan idealnya kurang dari 5% untuk manfaat kesehatan yang lebih optimal. Pembatasan ini menjadi langkah penting dalam menjaga tubuh tetap sehat, terutama di era modern yang serba praktis dan penuh godaan makanan manis. Sumber:World Health Organization. (2015) Peringkas:abyasa Ihsan
Baca lebih lanjut
Postingan oleh.
SMP ALMIRA
di kategori
News
pada
lingkungan sekolah merupakan tempat penting bagi proses pendidikan dan pembentukan karakter siswa. Namun, banyak sekolah masih menghadapi masalah serius terkait sampah plastik. Mulai dari botol minum sekali pakai, kemasan makanan, hingga sedotan dan kantong plastik, semua itu menjadi sumber sampah harian yang sulit terurai. Karena aktivitas siswa berlangsung setiap hari, jumlah sampah plastik di sekolah dapat meningkat cepat jika tidak dikelola dengan baik. Hal ini bukan hanya mencemari lingkungan, tetapi juga memengaruhi kesehatan dan perilaku siswa dalam jangka panjang. Salah satu dampak utama dari sampah plastik di lingkungan sekolah adalah pencemaran area belajar. Plastik yang berserakan membuat halaman sekolah dan ruang kelas terlihat kotor dan tidak nyaman. Kondisi ini dapat menurunkan kualitas lingkungan belajar, menyebabkan siswa kurang fokus, dan bahkan mengurangi kebiasaan disiplin terhadap kebersihan. Menurut National Geographic, plastik dapat bertahan di lingkungan selama ratusan tahun dan terus menumpuk jika tidak dikelola atau dikurangi penggunaannya. Hal ini menunjukkan bahwa sampah plastik di sekolah bukan sekadar masalah kecil, melainkan ancaman jangka panjang bagi lingkungan pendidikan. Selain itu, sampah plastik juga dapat menjadi tempat berkembang biak bakteri dan serangga. Plastik bekas makanan yang tidak dibuang dengan benar bisa menarik lalat, semut, bahkan tikus. Ini tentu membahayakan kesehatan siswa dan guru. Ketika plastik menumpuk di sudut-sudut sekolah, risiko penyakit seperti diare dan infeksi meningkat.plastik yang bercampur dengan sisa makanan dapat mengeluarkan zat kimia berbahaya saat terkena panas, sehingga memengaruhi kualitas udara sekitar. Di sekolah, situasi ini dapat memperburuk kenyamanan dan kesehatan seluruh warga sekolah. Dampak lain yang tidak kalah penting adalah pencemaran tanah dan air di sekitar sekolah. Banyak sekolah yang belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik, sehingga plastik sering dibakar atau ditimbun. Pembakaran plastik menghasilkan asap beracun seperti dioksin dan furan, yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan meningkatkan risiko kanker. Sementara itu, plastik yang dibuang sembarangan dapat terbawa air hujan ke selokan atau kebun sekolah.plastik yang terurai menjadi mikroplastik bisa mencemari tanah dan air, lalu masuk ke tumbuhan dan organisme kecil lain di lingkungan sekitar. Jika sekolah terletak di dekat sungai atau saluran air, sampah plastik dapat menyumbat aliran air. Akibatnya, sekolah dapat mengalami banjir saat musim hujan. Hal ini tidak hanya mengganggu jalannya kegiatan belajar, tetapi juga menimbulkan biaya tambahan untuk perbaikan fasilitas sekolah. Dengan kata lain, sampah plastik di lingkungan sekolah berdampak pada aspek ekonomi, kesehatan, dan kenyamanan. Namun, dampak terbesar sampah plastik di sekolah sebenarnya adalah dampak terhadap perilaku dan karakter siswa. Ketika siswa terbiasa melihat sekolah yang kotor, mereka akan menganggap sampah plastik sebagai hal yang wajar. Sebaliknya, jika sekolah mampu mengelola sampah plastik dengan baik, siswa akan belajar tentang tanggung jawab, kedisiplinan, dan pentingnya menjaga lingkungan. Banyak penelitian menyebutkan bahwa pendidikan lingkungan sejak dini sangat berpengaruh pada perilaku anak saat dewasa. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, sekolah dapat melakukan beberapa langkah. Pertama, menerapkan program pengurangan plastik sekali pakai, seperti melarang penggunaan botol plastik dan menggantinya dengan botol minum isi ulang. Kedua, menyediakan lebih banyak tempat sampah terpisah antara organik, plastik, dan kertas. Ketiga, melaksanakan kegiatan rutin seperti “Jumat Bersih” atau lomba kelas terbersih. Selain itu, sekolah dapat bekerja sama dengan bank sampah atau komunitas lingkungan untuk mengolah plastik menjadi produk daur ulang yang bermanfaat. Dengan melibatkan seluruh warga sekolah—guru, siswa, dan orang tua—masalah sampah plastik dapat ditekan secara signifikan. Sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga contoh nyata bagaimana menjaga lingkungan dimulai dari kebiasaan kecil setiap hari. sumber: nationalgeographic.com banyannation.com, climeco.com
Baca lebih lanjut
Postingan oleh.
SMP ALMIRA
di kategori
News
pada
Perkembangan teknologi telah membuat game online menjadi bagian dari kehidupan banyak siswa. Di satu sisi, game menyediakan hiburan, tantangan kognitif, dan ruang sosial baru; di sisi lain, penggunaan yang berlebihan berpotensi mengurangi waktu belajar dan mengubah pola interaksi sosial siswa. Artikel singkat ini membahas bagaimana game online memengaruhi durasi belajar dan hubungan sosial siswa serta langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan. Dampak pada waktu belajar umumnya terlihat pada pengurangan waktu yang dialokasikan untuk tugas sekolah, latihan, dan pembelajaran mandiri. Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang menghabiskan waktu bermain lebih lama — terutama >30 jam per minggu — cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih rendah, nilai yang menurun, dan pengurangan waktu tidur yang pada gilirannya mengurangi efektivitas belajar. Pola ini tampak konsisten pada studi internasional dan beberapa penelitian di Indonesia. Selain kuantitas waktu, kualitas belajar juga bisa terganggu. Bermain pada jam malam atau terus-menerus menunda pekerjaan akademik menciptakan kondisi lelah dan sulit berkonsentrasi saat jam sekolah berikutnya. Gangguan tidur (insomnia ringan hingga gangguan ritme tidur) yang disebabkan oleh bermain larut malam juga dilaporkan berkaitan dengan penurunan motivasi dan kemampuan kognitif sehari-hari. Di sisi interaksi sosial, pengaruh game online bersifat ambivalen. Banyak game online modern (MMO, game tim kompetitif) justru menyediakan ruang sosial bagi pemain untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan membangun persahabatan — terutama bagi siswa yang pemalu atau sulit bersosialisasi secara langsung. Bagi sebagian anak, game menjadi medium latihan keterampilan sosial dalam konteks virtual. Namun, ketika permainan menjadi dominan, interaksi tatap muka dapat berkurang, menyebabkan isolasi sosial atau penurunan keterampilan komunikasi antarpribadi. Risiko kecanduan juga penting diperhatikan. WHO mengakui gaming disorder sebagai pola perilaku yang bermasalah ketika prioritas bermain menggeser aktivitas penting lain (sekolah, hubungan keluarga) dan menyebabkan konsekuensi negatif yang berkelanjutan. Identifikasi dini — seperti kehilangan kontrol, peningkatan waktu bermain meski merugikan, dan gangguan fungsi sosial/akademik — membantu guru dan orang tua mengambil tindakan cepat. Langkah pencegahan praktis meliputi: pembatasan waktu layar yang konsisten, pengaturan jadwal belajar dan istirahat, pendidikan literasi digital bagi siswa tentang penggunaan sehat, serta komunikasi rutin antara sekolah dan orang tua. Di sekolah, guru bisa mengintegrasikan aktivitas ekstra-kurikuler yang menggantikan waktu bermain berlebihan dan mengajarkan manajemen waktu; sementara orang tua perlu mengawasi waktu bermain dan memastikan tidur cukup. Beberapa penelitian lokal juga menekankan perlunya program edukasi untuk menurunkan risiko kecanduan dan menjaga prestasi akademik. Kesimpulannya, game online bukan sekadar ancaman atau solusi tunggal: efeknya bergantung pada durasi, jenis permainan, konteks sosial, dan pengawasan lingkungan. Dengan kebijakan waktu yang bijak, pendidikan literasi digital, dan keterlibatan orang dewasa, dampak negatif pada waktu belajar dan interaksi sosial siswa dapat diminimalkan, sementara manfaat sosial-kognitif yang positif tetap dimanfaatkan. Sumber: 1. Mahmud S., Online gaming and its effect on academic performance of ... (PMC). 2. World Health Organization — Gaming disorder / ICD-11 (WHO). 3. Studi Universitas Negeri Semarang / penelitian lokal tentang dampak game online dan prestasi akademik (UNNES). 4. Kowert R., The Relationship Between Online Video Game ... (analisis sosial dan manfaat interaksi game). 5. Penelitian/tesis lokal tentang pengaruh game online dan perubahan pola tidur/perilaku (STKIP Pacitan / repositori lokal). Artikel Ini Dirangkum Oleh:Abizar Alghifari Ramdhan
Baca lebih lanjut